AKTIVIS VS AKADEMISi
Sedikit membahas tentang para mahasiswa...
Da sedikit refrensi buat temen-temen bersal dari salah satu blog yaitu
Lingkungan kampus merupakan miniatur dari keadaan masyarakat. Begitu banyaknya prinsip dan ideology sehingga membuahan sikap individualististis yang semakin tinggi. Para mahasiswa diberikan kesempatan yang seluas luasnya untuk memilih ilmu apa yang akan mereka dapatkan, begitu juga dengan berapa lama waktu yang akan mereka habiskan di kampus tercinta. Jika ditanya masalah akademis, maka ada dua komponen yang perlu menjadi perhatian yaitu aktivis kafe dan aktifis kampus. Keduanya sama sama aktivis namun mempunyai jalan yang berbeda.
Jika aktivis kafe, kita tidak perlu sungkan dan heran jika mereka begitu cintanya pada kampus sehingga memanfaatkan waktunya semaksimal mungkin untuk berada di kampus tercinta. Hal ini bukan merupakan masalah bagi mereka untuk menamatkan bangku kuliah dengan predikat MAPALA (Mahasiswa Paling Lama).
Namun bagaimana dengan aktivis kampus ? Ternyata banyak diantara aktivis kampus yang belum bisa mensinergikan aktivitas dan akademisnya. Tidak jarang seorang aktivis terkesan cuek dengan nilai Kartu Hasil Studinya yang nasakom, ataupun dengan teguran teguran dari pihak dosen tentang ketidakdisiplinan mereka. Saya tidak menuntut setiap aktivis untuk mempunyai indeks prestasi yang luar biasa dengan perikat cumelaude, tetapi minimal seorang aktivis memiliki indeks prestasi yang bisa dikatakan standar ataupun bagus.
Seorang aktivis memang tidak bisa disamakan dengan mahasiswa lainnya yang hanya punya dua orientasi yaitu kampus dan kos. Ketika para mahasiswa tidur tiduran di kos dengan santainya, para aktifis masih disibukkan dengan berbagai agenda. Ketika mahasiswa lain hanya pusing dengan tugas tugas dari dosen, maka para aktivis menambah satu porsi dalam pemikiran mereka untuk memikirkan kemajuan dan kebaikan ke depannya. Dan ketika mahasiswa lain sibuk dengan persiapan pulang kampungnya, maka aktivis pun sibuk untuk memikirkan pulang kampusnya alias acara acara selanjutnya di kampus mereka.
Hal ini bukanlah sebuah kerja yang mudah dan murah untuk dilakukan. Banyak pengorbanan yang harus dilakukan seorang aktivis, berkorban fisik, harta , waktu, pemikiran, bahkan tidak jarang kesempatan untuk pulang kampung. Akan tetapi kesemuanya itu tidaklah menjadi tameng bagi tiap aktivis untuk terlena dengan urusan organisasi, karena selain amanah mereka di institusi masing masing, marekajuga mempunyai amanah yang besar kepada orang tua untuk menyelesaikan studi dengan sebaik baiknya. Oleh Karena itu, tiap aktivis perlu mempunyai prinsip AKTIVIS AKADEMIS.
Artinya kita menomorsatukan aktivitas di organisasi dan juga mengutamakan akademis kita sebagai seorang mahasiswa. Saya rasa seorang aktivis mempunyai kemampuan yang lebih dalam memanage waktunya, dibandingkan mahasiswa lain. Karena umumnya pada aktivis mempunyai pemikiran yang matang hasil dari kemampuannya menganalisa dan mensolver masalah. Seorang mahasiswa biasa yang mendapat nilai akademis bagus ad