Home | Looking for something? Sign In | New here? Sign Up | Log out

Selasa, 17 Januari 2012

SEBUAH PILIHAN MENJADI AKTIVIS KAMPUS ATAU AKADEMISI

Selasa, 17 Januari 2012
AKTIVIS VS AKADEMISi
Sedikit membahas tentang para mahasiswa...
Da sedikit refrensi buat temen-temen bersal dari salah satu blog yaitu
SUMBERnya : http://blog.unand.ac.id/ygyudha/aktivis-vs-akademis/ yang cukup luar biasa, silahkan teman2 membacanya.................
Lingkungan kampus merupakan miniatur dari keadaan masyarakat. Begitu banyaknya prinsip dan ideology sehingga membuahan sikap individualististis yang semakin tinggi. Para mahasiswa diberikan kesempatan yang seluas luasnya untuk memilih ilmu apa yang akan mereka dapatkan, begitu juga dengan berapa lama waktu yang akan mereka habiskan di kampus tercinta. Jika ditanya masalah akademis, maka ada dua komponen yang perlu menjadi perhatian yaitu aktivis kafe dan aktifis kampus. Keduanya sama sama aktivis namun mempunyai jalan yang berbeda.
Jika aktivis kafe, kita tidak perlu sungkan dan heran jika mereka begitu cintanya pada kampus sehingga memanfaatkan waktunya semaksimal mungkin untuk berada di kampus tercinta. Hal ini bukan merupakan masalah bagi mereka untuk menamatkan bangku kuliah dengan predikat MAPALA (Mahasiswa Paling Lama).
Namun bagaimana dengan aktivis kampus ? Ternyata banyak diantara aktivis kampus yang belum bisa mensinergikan aktivitas dan akademisnya. Tidak jarang seorang aktivis terkesan cuek dengan nilai Kartu Hasil Studinya yang nasakom, ataupun dengan teguran teguran dari pihak dosen tentang ketidakdisiplinan mereka. Saya tidak menuntut setiap aktivis untuk mempunyai indeks prestasi yang luar biasa dengan perikat cumelaude, tetapi minimal seorang aktivis memiliki indeks prestasi yang bisa dikatakan standar ataupun bagus.
Seorang aktivis memang tidak bisa disamakan dengan mahasiswa lainnya yang hanya punya dua orientasi yaitu kampus dan kos. Ketika para mahasiswa tidur tiduran di kos dengan santainya, para aktifis masih disibukkan dengan berbagai agenda. Ketika mahasiswa lain hanya pusing dengan tugas tugas dari dosen, maka para aktivis menambah satu porsi dalam pemikiran mereka untuk memikirkan kemajuan dan kebaikan ke depannya. Dan ketika mahasiswa lain sibuk dengan persiapan pulang kampungnya, maka aktivis pun sibuk untuk memikirkan pulang kampusnya alias acara acara selanjutnya di kampus mereka.
Hal ini bukanlah sebuah kerja yang mudah dan murah untuk dilakukan. Banyak pengorbanan yang harus dilakukan seorang aktivis, berkorban fisik, harta , waktu, pemikiran, bahkan tidak jarang kesempatan untuk pulang kampung. Akan tetapi kesemuanya itu tidaklah menjadi tameng bagi tiap aktivis untuk terlena dengan urusan organisasi, karena selain amanah mereka di institusi masing masing, marekajuga mempunyai amanah yang besar kepada orang tua untuk menyelesaikan studi dengan sebaik baiknya. Oleh Karena itu, tiap aktivis perlu mempunyai prinsip AKTIVIS AKADEMIS.
Artinya kita menomorsatukan aktivitas di organisasi dan juga mengutamakan akademis kita sebagai seorang mahasiswa. Saya rasa seorang aktivis mempunyai kemampuan yang lebih dalam memanage waktunya, dibandingkan mahasiswa lain. Karena umumnya pada aktivis mempunyai pemikiran yang matang hasil dari kemampuannya menganalisa dan mensolver masalah. Seorang mahasiswa biasa yang mendapat nilai akademis bagus ad
alah biasa, karena mempunyai waktu yang luang untuk mengulang ulang pelajaran, namun aktivis yang mempunyai nilai akademis yang bagus akan lebih disegani dan dijadikan referensi bagi mahasiswa lain. Jika kita melihat sejarah perjuangan para mahasiswa ikhwanul muslimin di Timur Tengah, ternyata mereka sangat memperhatikan sektor pendidikan dan ilmu pengetahuan. Begitu pula dengan ayat yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Adalah perintah untuk membaca, bukannya penegasan terhadap ketauhidan kepada Allah SWT. Seharusnya hal ini dapat menjadi hikmah bagi kita semua para aktivis dakwah. Bahwa islam bukannya mengekang para pengikutnya untuk menuntut ilmu, bahkan islam menganjurkan kita menuntut ilmu sejauh mungkin agar dapat dipergunakan untuk kejayaan islam nantinya.
Bagi para aktivis yang belum bisa mengoptimalkan nilai akademisnya, ada beberapa tips yang mugkin dapat digunakan, yaitu :
• Membuat skala prioritas dari segala aktivitas yang akan dikerjakan pada hari tersebut, karena kefektifan dalam aktivitas dapat membuka pikiran kita bahwa ternyata kita mempunyai waktu luang yang dapat digunakan seefisien mungkin untuk mengulang ulang pelajaran, misalnya di atas bus, atau pada jam jam kosong ketika kuliah.
• Pahami tentang metode belajar kita, karena tiap orang mempunyai metode belajar yang berbeda dan kapasitas yang berbeda dalam menyerap pelajaran. Kenali waktu waktu yang pas bagi kita masing untuk belajar. Apakah malam hari sebelum tidur , ataukan ketika subuh atau pada waktu waktu lainnya.
• Mulailah membuat targetan targetan nilai yang akan kita capai pada semester ini, karena hal tersebut dapat memotivasi kita untuk mencapai nilai yang sesuai dengan target. Jangan memasang target yang rendah karena akan membuat semangat kita mengendur. Sebaliknya target juga harus realistis sesuai dengan kemampuan kita.
• Kenalilah karakter dosen karena tiap dosen mempunyai karakter yang berbeda. Ada yang tidak perduli dengan kehadiran mahasiswa, adajuga yang memberikan penilaian gagal karena absensi tidak sesuai dengan target. Ada yang cuek dengan tugas dan latihan, ada juga yang begitu seringnya memberikan tugas dan latihan kepada mahasiswa.
• Jangan pernah melakukan praktek titip absent, karena hal ini bisa mengotori usaha kita dalam mendapatkan ilmu. Sesuatu yang baik jika disampaikan dengan cara yang tidak baik, tidak akan dapat memberikan berkah.
Yang paling penting adalah kemampuan kita untuk memanajemen waktu. Allah memberikan waktu yang sama baik kepada seorang pengemis ataupun kepada seorang presiden, maka dituntut kecekapan dari tiap aktivis untuk pandai pandai dalam membagi waktu.
Sesungguhnya hanya ada empat golongan mahasiswa di kampus manapun, yaitu :
1. (Mahasiswa luar biasa) Mahasiswa dengan kemampuan organisasi dan akademis yang menawan. Mahasiswa seperti ini adalah kategori luar biasa dan biasanya di segani oleh mahasiswa lainnya dan dijadikan referensi.
2. (Mahasiswa biasa biasa saja) mahasiswa yang tidak mempunyai kemampuan organisasi, namun mempunyai nilai akademis tinggi. Mahasiswa jenis ini paling banyak ditemukan, sehingga disebut biasa karena mempunyai waktu lebih dan kesempatan lebih banyak untuk meraih prestasi.
3. (Mahasiswa pelupa) mahasiswa dengan kemampuan oraganisasi menabjubkan, tetapi lupa akademis alias mempunyai nilai akademis cukup mengecewakan. Mah
asiswa jenis ini adalah mahasiswa yang terlupa karena terlena oleh aktivitas yang begitu padatnya , mereka perlu diingatkan bahwa oraganisasi adalah nomor satu, dan akademis adalah hal yang utama.

4. (Mahasiswa merana) Mahasiswa yang tidak mempunyai kemapuan organisasi apalagi akademis yang membanggakan. Mahasiswa jenis ini harus bersiap siap di lupakan dan dianggap pepasiran di tengah kampus.

AKTIVIS KAMPUS HAPUS STIGMA ANARKISME
Sumber : UNM MAKASSAR SULSEL

Kesadaran  menciptakan Sulsel damai dan kondusif untuk semua aktivitas serta tetap menjunjung tinggi demokrasi mulai muncul dari kalangan aktivis kampus. Salah satunya ditunjukkan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Negeri Makassar (UNM) melalui advance training berskala nasional.
Presiden BEM UNM, Ocha Labusab, mengatakan, sebanyak 500 BEM dari berbagai universitas se Indonesia akan menjadi peserta advance training. “Pertemuan BEM se Indonesia itu sebagai upaya menghapus stigma anarkis di Makassar. Kami ingin menunjukkan kepada semua peserta bahwa Sulsel daerah yang damai,” kata Ocha saat bertemu Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo, beberapa hari lalu.
Pengurus BEM UNM datang menemui gubernur bersama Pembantu Rektor Bidang  Kemahasiswaan, Prof Dr Hamsu Gani. Hamsu berharap, training advance BEM bisa menjadi media untuk membuka sikap kritis mahasiswa lewat jalur yang lebih tepat.
Pengurus BEM dari seluruh Indonesia juga bisa melihat kondisi sebenarnya dari Kota Makassar sebagai ibukota Provinsi Sulsel. Selama ini, Makassar cukup identik dengan aksi demonstrasi yang seringkali diwarnai kerusuhan. Aktivis BEM UNM berjanji, tidak ada lagi aksi demonstrasi, kecuali terpaksa dilakukan untuk menyuarakan sikap pro rakyat.
Syahrul Yasin Limpo mengaku tidak melarang mahasiswa melakukan demonstrasi sebagai bentuk kebebasan demokrasi. Menurutnya, demonstrasi juga kadang diperlukan untuk mengingatkan atau meluruskan kebijakan yang dinilai tidak berpihak kepada masyarakat secara luas.
Protes kepada pemerintah pusat, imbuhnya, juga sering dilakukan jika ada kepentingan Sulsel yang harus diperjuangkan. Hanya saja, metode penyampaiannya berbeda demi mencapai tujuan.
“Saya tidak melarang untuk berdemo, tetapi perlu azas manfaat mencapai sasaran. Selama ini saya melihat beberapa aksi masih dalam batas kewajaran. Cuma jangan terlalu keseringan, karena juga dapat menurunkan citra,” ujarnya.
Dia mengimbau mahasiswa tidak menyediakan ruang atau panggung berdemonstrasi untuk pihak yang ingin menunggangi aksi para aktivis kampus. Isu yang dominan diangkat dan disuarakan pengunjuk rasa dari kalangan kampus merupakan masalah nasional.
“Silakan berdemonstrasi dengan meningkatkan kualitas aktivis dan memperbaiki kemasan ‘panggung orasi’. Jangan justru akhirnya mencitrakan buruk daerah sendiri. Saya juga meminta Dinas Pendidikan mensupport kegiatan mahasiswa,” katanya.
Organisasi kemahasiswaan seperti BEM dan lembaga dalam kampus lainnya harus lebih dibesarkan lagi dengan berbagai kegiatan yang lebih positif dan mencerdaskan mahasiswa. Bila lembaga intra kampus yang lebih dibesarkan, kata Syahrul, lembaga eksternal yang bisa berpengaruh buruk pada mahasiswa tidak tumbuh subur.
Mahasiswa terutama kalangan aktivis kampus akan mencari organisasi di luar kampus untuk mengaktualisasi diri jika kondisi kelembagaan di dalam kampusnya sendiri dinilai tidak mengakomodasi pemikiran dan kreativitasnya.
Training advance yang digelar BEM UNM mendapat dukungan dari Pemprov Sulsel. Syahrul menawarkan kegiatan berskala nasional itu diadakan di gedung Celebes Convention Centre dan bersedia mengikuti kegiatan tersebut.
Ocha Labusab mengungkapkan, latihan kepemimpinan menjadi rangkaian dari training advance. Pertemuan yang digelar pada 5-7 Juli di CCC dan Asrama Haji Sudiang itu juga akan dirangkaikan dengan Kongres BEM Nasional. (rif)
PENTINGNYA MENJADI AKTIVIS MAHASISWA
Setiap universitas pasti mempunyai Unit Kegiatan Siawa (UKM) yang menampung segala aspirasi dan bakat para mahasiswanya. Kegiatan kemahasiswaanya bisa meliputi kegiatan penalaran dan kelimuan, minat dan kegemaran, kesejahteraan mahasiswa, ataupun bakti sosial mahasiswa. Setiap mahasiwa berhak memilih salah satu atau lebih UKM sesuai minat dan keinginannya tanpa adanya suatu paksaaan. Ada juga mahasiswa yang tak megikuti satu UKM pun tapi itu tidak menjadi suatu masalah yang besar. Di kampus, kita termasuk golongan yang mana? Aktivis mahasiswa? Atau hanya sekedar berkunjung saja untuk mengikuti kegitan pembelajaran di kelas? Baik mahasiswa aktivis atau bukan nampaknya tidak ada perbedaan dalam penilaian dosen terhadap mahasiswanya. Lalu penting tidak sih jadi aktiuvis mahasiswa?yuk kita intip….

Kurikulum yang pernah dipakai pendidikan di Indonesia adalah sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK.. Dalam KBK, mahasiswa dituntut untuk menjadi peserta didik yang aktif. Dosen menugaskan mereka untuk dapat bekerja mandiri sehingga mampu menghasilkan mahasiswa yang kreatif dan berpikiran kritis. Setiap mata kuliah biasanya memberikan satu atau malah lebih dari satu tugas. Bisa dibayangkan berapa banyak tugas yang harus ditanggung oleh mahasiswa, yang pasti hal tersebut akan membuat mahasiswa sangat sibuk dan harus pandai mengatur waktu agar semua tugas mampu terselesaikan. Lalu, bagaimana seorang aktivis mahasiswa menghadapi tantangan ini? Yang kita lihat dalam dunia nyata, seorang aktivis biasanya dipusingkan dengan kegiatan- kegiatannya di kampus. Standar menjadi aktivis itu mempunyai soft skill untuk mendukung prestasi yang akan diperjuangkannya. Mereka sudah siap menanggung segala resiko sewaktu akan bergabung menjadi aktivis.
Gambaran tentang kesibukan bagaimana diuber waktu untuk menyelesaikan kewajiban sudah dipikir masak- masak oleh para aktivis mahasiswa. Mereka sangat mengerti aturan dalam sistem KBK dan mereka mampu bersaing dengan mahasiswa lain yang sepenuhnya bisa mengikuti perkuliahan. Jika tidak ada hal yang penting dalam kegiatan kemahasiswaanya, mereka sangat rajin meghadiri perkuliahan. Mereka juga sangat aktif dalam mengikuti pembelajaran yang sedang berlangsung, misalnya mereka selalu merespon diskusi kelas dan jika mereka kurang memahami suatu materi yang disajikan, mereka tak segan ataupun malu untuk mengajukan pertanyaan.
Selain itu mereka mampu mengeluarkan ide- ide baru sebagai suatu inspirasi bagi mahasiswa lain. Ini juga termasuk nilai positif dari aktivis mahasiswa yang bisa juga menjadi mahasiswa yang kritis dalam menanggapi suatu masalah yang sedang marak terjadi. Menurutnya, dengan banyak kegiatan, mereka bisa memperoleh berbagai wawasan dan pengalaman. Mereka juga berasumsi bahwa kelak ketika memasuki dunia kerja itu pasti banyak suatu company yang membutuhkan seseorang yang mempunyai jiwa keorganisasian dan juga pengalaman meghadapi suatu pilihan dengan berpikir logis dan sistematis.
Dengan keyakinan tersebut mereka berusaha mengembangkan diri di bidang akademik dan kemahasiswaan. Menurut saya pribadi sebagai mahasiswa yang tidak begitu aktif, saya sangat kagum melihat para aktivis yang bisa membagi otaknya untuk mencapai suatu harapan yang cemerlang. Para dosen pun patut mengacungkan jempol ketika ada salah satu aktivis mampu menyabet gelar juara dalam ajang- ajang perlombaan tingkat mahasiswa misalnya mahasiswa memenangkan karya tulis ilmiah remaja. Bisa dilihat kan bagaimana mereka mengaplikasikan apa yang didapatkan selama mengikuti pembelajaran dan apa yang diperoleh dari kegiatan kemahasiswaanya. Untuk tugas- tugas perkuliahan, mereka menggunakan waktu senggangnya untuk bertanggung jawab mengerjakan tugas tersebut. Justru mereka bisa secara mendiskusikan denagn rekannya mengenai kesulitan dalam materi yang diberikan oleh dosen- dosennya.
Mereka juga bertukar pikiran menanggapi suatu hal ketika mencari jawaban yang tepat untuk tugas- tugasnya. Jadi apa yang mereka kumpulkan ke dosen adalah suatu pemikiran yang matang alias tak asal mengerjakan – yang penting mengumpulkan. Tak jarang juga kita melihat seorang aktivis mahasiswa yang pada akhirnya bisa menyelesaikan masa studinya tepat pada waktunya dengan nilai yang begitu membanggakan. Selain itu, mereka juga secara cepat mampu mendapatkan tawaran kerja karena mereka mempunyai banyak relasi selama menjdai aktivis mahasiswa.

Jadi untuk kesimpulan, aktivis mahasiswa sangatlah mendukung pembelajaran menggunakan KBK. Banyak manfaat dari aktivis mahasiswa, yaitu para aktivis mahasiswa tetap menghormati perkuliahan dengan aktif dalam setiap pembelajaran dan mempunyai target di bidang akademiknya sehingga meskipun di era KBK, mereka tetap bisa bersaing dengan yang lain. Alasan utama dari hal tersebut adalah mereka datang ke kampus untuk menimba ilmu dan meraih pendidikan lebih tinggi. Menjadi aktivis hanyalah untuk mencari pengalaman dan jati diri sebagai sosok yang dewasa untuk membekali diri menghadapi masa depan. Semangat terus wahai para aktivis mahasiswa yang selalu memperjuangkan aspirasi dan menjadi wakil membangun sumber daya manusia yang tangguh dan hebat.





YOGI INDRAYUDHA RITONGA Posted on December 12, 2010

1 komentar:

Unknown mengatakan...

makasih ilmunya

Posting Komentar

 

like this

 

Blogger Gadgets